HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan Indonesia saat ini tengah menghadapi ‘darurat’ mandiri pangan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi Dan Keamanan Pangan, Andriko Noto Susanto, di Baruga Lappo Asse jl AP Pettarani, kota Makassar, Senin (6/5/2024).
Hal ini, menurutnya, terlihat dari beberapa poin di antaranya, alih fungsi lahan subur tidak terkendali, laju alih fungsi lahan pulau Jawa 1979-1999 sama dengan 1.002.055 hektar atau 50.102 ha/tahun sampai tahun 2023.
Baca Juga : Strategi DIA Sejahterakan Petani Sulsel, Maksimalkan Zona Surplus hingga Perkuat Hirilisasi
“Total alih fungsi lahan dari 1979-2023 sama dengan 2.204.503 ha,” jelasnya.
Produktivitas pangan sudah leveling off, terjadi penurunan kualitas (degradasi) lahan, diperparah adanya perubahan iklim yang menyebabkan resiko gagal panen meningkat.
“Hanya 10% (552.543,7 ha) dari cakupan wilayah irigasi seluas 5.525.437 ha yang tersedia air sepanjang tahun,” ujarnya.
Baca Juga : Disebar Sejak Mei, Pemprov Laporkan Ratusan Ribu Kg Pupuk Tersalurkan di Berbagai Daerah
Selanjutnya, luas tanam dan produksi padi di Indonesia terus mengalami penurunan yang tajam, setidaknya luasa lahan 2024-2024 hanya sekitar 5,4 juta dibandingkan 2015-2019 dimana mencapai 7,4 juta hektar.
“Kota benar-benar terus mengalami penurunan setiap tahunnya, ini menjadi atensi bersama,” ujarnya.
Pangan di Indonesia juga tergantung impor, pangan strategis dipenuhi dari impor dengan kecenderungan semakin besar. Kualitas dan harga pangan impor cenderung lebih baik dan murah, menekan harga di tingkat petani/peternak, dan semangat kemandirian pangan semakin jauh dari harapan.
Baca Juga : Stabilitas Harga Pangan di Sulsel Masih Jadi Polemik, Begini Respons Ekonom Unhas
“Yang tidak impor hanya minyak goreng, cabai, dan bawang merah,” katanya menyayangkan.
Jumlah konsumsi pangan meningkat, laju 0,76 persen per tahun atau 2.133.548 jiwa menjadi 280,73 juta jiwa pada tahun 2023. Sedangkan diversifikasi pangan berjalan lambat. Dominasi beras dan terigu, preferensi konsumen terhadap pangan lokal masih rendah.
(NURSINTA)
Baca berita lainnya Harian.news di Google News