HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Pengamat Ekonomi Unismuh Makassar Sutardjo Tui menilai pemerintah perlu semakin gencar menggalakkan transaksi non tunai di berbagai sektor.
Menurutnya, penggunaan sistem pembayaran digital menjadi langkah strategis dalam meminimalkan peredaran uang palsu sekaligus mencegah praktik korupsi.
“Semakin banyak transaksi digital, maka potensi uang palsu semakin minim. Selain itu, pembayaran non tunai juga membantu mencegah terjadinya korupsi karena seluruh transaksi dapat terdeteksi dengan cepat,” ujar Sutardjo, saat dikonfirmasi harian.news, Selasa (07/10/2025).
Baca Juga : Momen Presiden Prabowo di Depan Uang Rp 13 Triliun Lebih
Ia menjelaskan, sistem digital menciptakan jejak transaksi yang transparan dan mudah dilacak, sehingga dapat memperkuat akuntabilitas keuangan baik di sektor publik maupun swasta.
“Kalau non tunai, semua tercatat otomatis. Jadi kalau ada penyimpangan, bisa segera diketahui. Ini penting untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem ekonomi dan pemerintahan,” tambahnya.
Sutardjo juga mengapresiasi langkah sejumlah lembaga dan pelaku usaha yang mulai mengadopsi metode pembayaran QRIS, e-wallet, maupun transfer digital.
Baca Juga : Permohonan Praperadilan Ditolak, Begini Respon Nadiem Makarim
Namun, ia menekankan agar pemerintah terus memperluas edukasi masyarakat, terutama di daerah yang masih mengandalkan transaksi tunai.
“Transaksi digital bukan hanya soal kemudahan, tapi juga keamanan dan efisiensi. Pemerintah harus mendorong inklusi digital agar manfaatnya bisa dirasakan hingga pelosok,” ujarnya menutup pembicaraan.
Baca Juga : Rupiah Terancam, Pengamat: Waspadai Celah Pemalsuan di Era Digital
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
