“Tak seorang pun hidup untuk dirinya sendiri dan tak seorang pun mati untuk dirinya sendiri.”
(Roma 14:7)
HARIAN.NEWS, JAKARTA – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia ( PGI ) menyampaikan dukacita yang mendalam atas wafatnya Sri Paus Fransiskus, SJ, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia, seorang gembala agung yang telah menjadikan kemanusiaan sebagai altar utamanya, dan dunia sebagai ladang kasihnya.
Baca Juga : Robert Prevost dari AS Terpilih Jadi Paus Leo XIV
Jorge Mario Bergoglio, putra Argentina yang sederhana itu, bukan sekadar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik.
Ia adalah suara profetik dalam dunia yang bising oleh politik identitas, ekonomi eksklusi, dan agama yang sering kehilangan kasih.
Paus Fransiskus menolak kemewahan Vatikan, tetapi memeluk kemiskinan Yesus. Ia menolak menjadi pangeran gerejawi, tetapi menjadi sahabat para migran, pelindung bumi yang terluka, dan advokat tanpa pamrih bagi perdamaian global—termasuk bagi negeri-negeri seperti Indonesia yang ia puji sebagai teladan kerukunan antaragama.
Baca Juga : Di Tengah Pemakaman Paus Fransiskus, Trump-Zelenskyy Diskusikan Perang Ukraina
Dalam beberapa kali pernyataannya, Paus Fransiskus menyebut Indonesia sebagai contoh pluralisme yang perlu dirawat dan dipeluk, bukan sekadar ditolerir.
Ia paham: damai bukanlah absennya konflik, tetapi hadirnya keadilan. Dan dalam diplomasi diamnya, Indonesia dijadikannya cermin untuk dunia: bahwa iman tak harus menjauhkan, tetapi bisa memeluk yang berbeda tanpa kehilangan kebenaran.
Kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan figur ayah dunia, a global father figure, bagi umat manusia lintas agama. Ia menembus sekat identitas, bukan karena ia membaur, tetapi karena ia mencintai dari kedalaman spiritualitas Yesus yang menderita.
Baca Juga : Pemakaman Paus Fransiskus Dilakukan Tertutup
Dunia tidak hanya berduka karena kehilangan seorang Paus; dunia berduka karena kehilangan jantung moral yang berdetak bagi yang tak bersuara.
Paus Fransiskus bukan sekadar institusi.
Ia adalah simbol kolektif dari harapan baru: bahwa kekudusan tidak harus dilahirkan dari menara gading, tetapi dari dapur rakyat, lorong pengungsi, dan tangis bumi yang terabaikan.
Baca Juga : Dunia Berduka, Paus Fransiskus Wafat
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
