Logo Harian.news

Bahlil Buka Suara Peluang RI Ekspor Listrik

Editor : Rasdianah Senin, 26 Mei 2025 21:50
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Foto: ist
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Foto: ist

HARIAN.NEWS, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara soal peluang ekspor listrik Indonesia ke negara-negara tetangga. Menurutnya, ekspor listrik sangat mungkin dilakukan, namun harus mengedepankan prinsip kehati-hatian dan kepentingan nasional.

“Ekspor listrik memungkinkan atau tidak? Saya katakan sejak dulu, dalam menjaga kepentingan nasional sekaligus menjalin hubungan dengan negara tetangga, tentu kita harus saling bantu,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, dikutip dari laman kumparan, Senin (26/5/2025).

Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat mengumumkan dokumen terbaru Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 milik PT PLN (Persero).

Baca Juga : Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Tambang Nikel, dan Raja Ampat

Dokumen ini menjadi peta jalan pengembangan pembangkit listrik nasional selama 10 tahun ke depan.

Meski membuka opsi ekspor, Bahlil menegaskan bahwa prosesnya akan dikawal langsung oleh pemerintah, bukan hanya korporasi.

Menurutnya, ekspor energi adalah persoalan strategis dan tak bisa semata-mata diserahkan ke mekanisme bisnis antarperusahaan.

Baca Juga : Kontrak LG Disetop dari Proyek Baterai Kendaraan Listrik Indonesia, Bagini Kata Bahlil

“Jangan bicara perusahaan-perusahaan. Saya sudah bilang ke Dirut PLN, ini urusan negara. Kalau negara lain mau bersahabat, kita bicara perjanjiannya dulu. Kalau sudah oke, baru bisa,” tegas Bahlil.

Ia juga menyebut, tim Kementerian ESDM tengah menjajaki mekanisme ekspor dengan sejumlah negara mitra agar skema kerja sama bisa saling menguntungkan.

Pembangkit Berbasis Energi Hijau

Dalam dokumen RUPTL yang baru dirilis, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 Gigawatt (GW) hingga 2034. Dari total tersebut, sekitar 70 persen akan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) serta sistem penyimpanan energi.

Baca Juga : Tak Hanya Politik, Appi-Bahlil juga Bahas Antisipasi Kelangkaan Gas Melon di Makassar

Secara rinci, sebesar 42,6 GW atau 61 persen akan disumbang pembangkit EBT. Sementara sisanya, sekitar 15 persen, berasal dari teknologi penyimpanan energi seperti PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6 GW.

“Sekarang kita dorong percampuran energi ke arah EBT dan storage. Ini datanya, 70 persen lebih dari penambahan kapasitas,” ujar Bahlil.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected]

Follow Social Media Kami

KomentarAnda