HARIAN.NEWS ,GOWA – Dialog Kebudayaan yang digelar di Museum Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, pada Kamis, 18 Desember 2025, berlangsung khidmat dan penuh antusiasme. Kegiatan ini dihadiri oleh 261 peserta yang terdiri dari mahasiswa lintas jurusan serta pelajar SMA/SMK se-Kabupaten Gowa.
Dialog kebudayaan ini menghadirkan sejumlah tokoh akademisi, budayawan, dan pemangku kebijakan daerah. Di antaranya Ketua Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, Dr. Awal Muqshit, M.Phil., Ketua Lembaga Seni dan Budaya Nahdlatul Ulama Kabupaten Gowa, Dr. Moh. Sutrisno, serta Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Iqbal, S.Sos., M.Si.
Dalam pemaparannya, Dr. Awal Muqshit menegaskan bahwa kebudayaan memiliki relasi erat dengan politik dan kehidupan sosial masyarakat. Menurutnya, kebudayaan tidak hanya menjadi simbol identitas, tetapi juga instrumen penting dalam membangun kesadaran kritis dan karakter kebangsaan, khususnya di kalangan generasi muda.
Baca Juga : Duta Wisata Sanrobone Jelajahi Kejayaan Sejarah Gowa
Sementara itu, Dr. Moh. Sutrisno menekankan pentingnya menjaga kesinambungan nilai-nilai budaya lokal di tengah arus modernisasi dan globalisasi. Ia menilai forum dialog seperti ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan tradisi, agama, dan realitas sosial agar kebudayaan tetap hidup dan relevan.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kabupaten Gowa, Iqbal, S.Sos., M.Si., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya dialog kebudayaan di ruang bersejarah seperti Museum Balla Lompoa. Ia berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran kolektif untuk melestarikan warisan budaya Gowa sebagai bagian dari identitas daerah dan nasional.
Pendiri Forum Merah Putih, Asrul Mallombassang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dialog kebudayaan ini merupakan upaya membangun ruang diskusi kebangsaan yang berakar pada nilai-nilai lokal. Ia menegaskan bahwa kebudayaan harus menjadi landasan dalam memperkuat persatuan, toleransi, dan semangat kebangsaan.
Baca Juga : Dari Makkah ke Sulsel: Perjalanan Sejarah Alqur’an Tertua di Kerajaan Gowa
Senada dengan itu, Ketua Forum Merah Putih, Fasya Fitra Ananda, menyampaikan bahwa generasi muda memiliki peran strategis sebagai penjaga dan penggerak kebudayaan. Menurutnya, keterlibatan mahasiswa dan pelajar dalam dialog ini merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran budaya yang kritis, inklusif, dan berorientasi pada masa depan.
Dialog kebudayaan ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai jurusan, antara lain Arsitektur, Akuntansi, Ilmu Politik, Hukum Tata Negara, dan Kesejahteraan Sosial, serta pelajar SMA/SMK se-Kabupaten Gowa. Kegiatan berlangsung interaktif dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang mencerminkan tingginya minat peserta terhadap isu-isu kebudayaan dan kebangsaan.
Melalui kegiatan ini, Forum Merah Putih berharap dialog kebudayaan dapat menjadi agenda berkelanjutan dalam upaya merawat identitas budaya lokal, memperkuat wawasan kebangsaan, serta membangun generasi muda yang sadar sejarah dan budaya. ***
Baca Juga : Museum Balla Lompoa, Menelusuri Sejarah Kerajaan Gowa di Tengah Modernisasi
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
