Oleh : Ridha Rasyid
HARIAN.NEWS – Sebenarnya sudah cukup lama saya mengikuti melalui pemberitaan, baik di media mainstream maupun di media sosial terkait sosok Husniah Talenrang (HT). Kiranya cukup meyakinkan bagi seorang srikandi yang tidak hanya pintar bicara tetapi cukup sering turun langsung ke lapangan.
Dia, dengan ringan kaki melangkah hingga sampai ke pelosok kampung di dataran tinggi. Menjelajahi Tompobulu, Tinggi Moncocong, Bungaya, Parangloe, Manuju, Tombolopao dan wilayah lainnya di Kabupaten Gowa yang terdiri dari 18 kecamatan dan 167 Desa/Kelurahan sudah pernah dia jejakkan kakinya di sana.
Baca Juga : Semangat Sumpah Pemuda di Era Validasi
Tidak hanya maksud sosialisasi atau kampanye untuk mendapatkan sokongan dan dukungan rakyat. Tanpa ada hubungan dengan politik pun dia selalu berusaha mengagendakan kunjungan secara rutin untuk senantiasa menjaga hubungan dengan masyarakat setempat.
Itu informasi yang banyak saya baca dan dengar tentang dirinya. Beberapa bulan lalu, HT menyempatkan diri mendatangi suatu pertemuan yang kebetulan mengambil tempat di kediaman Prof Ryaas Rasyid Rumah Kayu di jalan Kenanga Kelurahan Bonto Bontoa.
Saya pertama kali berinteraksi dengannya. Kesan saya, HT orang nya ramah. Pintar, tutur katanya runtut dan mudah dipahami. Ada interaksi dalam setiap komunikasi yang dibangunnya. Punya ide kreatif dan inovatif. Itu yang dapat saya tangkap dari kepribadian HT.
Baca Juga : Mutasi Bukan Sekadar Pindah Jabatan: Refleksi Akademik atas Dinamika Pemerintahan yang Sehat di Takalar
Selain itu, dia punya kepekaan dan kepedulian dalam memahami kondisi sosial yang ada di tengah tengah masyarakat. Mudah dia trenyuh bila melihat ada warga yang kurang beruntung dalam meniti kehidupannya. HT dengan penuh keikhlasan membantunya.
Mungkin itu salah satu keunggulan yang dimiliki HT yang sudah ditanamkan oleh orangtuanya yang sangat memahami Islam sebagai agamanya. Ibunya, terlibat dalam organisasi perempuan, Aisyiyah.
Dengan latar belakangnya ini, maka tak heran jika HT memang memiliki karakter diri yang baik. Bukan karena ada maksud tertentu berhubungan dengan jabatan yang ingin diraih nya, namun sudah menjadi kebiasaan diri nya dalam membangun hubungan kemanusiaan. Hubungan antar sesama manusia. Hablum minannas.
Baca Juga : Menanggapi Orang Bodoh: Antara Imam Syafi’i & Stoikisme
Perempuan menjadi Pemimpin
Secara ringkas dapat dijelaskan dua perspektif tentang peran perempuan. Baik di pandang dari sisi sosial, budaya, adat istiadat sebagai penggambaran perjalanan suatu wilayah dan agama sebagai kepercayaan yang diyakini.
Dahulu, diceritakan, bahwa kerajaan Gowa yang dijalankan para Bate (raja raja kecil) terjadi perbedaan pandangan bahkan hingga harus berperang untuk sesuatu yang membutuhkan kesepakatan membentuk kerajaan. Kalau dalam istilah sekarang disebut negara federal.
Baca Juga : Jangan Berhenti Sebelum Tugasmu Selesai
Yaitu kesepakatan wilayah wilayah yang ada atau negara bagian untuk membentuk negara federal. Seperti Amerika Serikat, Malaysia adalah contoh dua negara federal yang dibentuk atas kesepakatan negara bagian atau wilayah pemerintahan yang lebih kecil. Di kerajaan Gowa terdapat sembilan Bate, yang kemudian disebut Bate Salapang.
Bate ini memercayakan kepada seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan dan kecakapan khusus untuk mengkoordinir bate ini. Orang yang dipercaya disebut Paccalayya. Paccalayya berusaha melakukan pendekatan dalam kerangka mencapai kesepakatan untuk dibentuknya kerajaan. Namun, tidak ada diantara sembilan bate itu yang mau diangkat jadi raja.
Bahkan, katanya, terjadi peperangan dalam skala kecil, sebagai ketidak-setujuan mereka untuk newakilkan kepada salah satu bate. Maka, Paccalayya membuat kisah (entah itu benar ataukah hanya dongeng) bahwa tiba tiba turun seorang dewi (perempuan) yang kemudian diberi nama Tumanurung Baineya.
Bidadari yang turun dari langit yang dipercaya memiliki kekuatan dan dapat mempersatukan para bate. Sehingga Tumanurung Baineya menjadi simbol pemersatu dan cikal bakal Raja/Ratu pertama. Atas dasar cerita ini, dalam kebudayaan lokal Makassar-Bugis menunjukkan bahwa perempuan boleh saja jadi pemimpin.
Dari sudut pandang agama (Baca Islam) laki laki dan perempuan sama di sisi Allaah. Kata perempuan disebut lima puluh tujuh kali di pelbagai surah dalam Al-Qur’an. Bahwa perempuan mempunyai peran besar dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Bahwa perempuan menjadi pemimpin pun telah banyak contoh. Aisyah radiallahu anha, istri Nabi Muhammad SAW, pernah memimpin perang dan dinegeri Islam Aceh pernah ada sosok perempuan yang jadi pemimpin, Tjut Nyak Din.
Dari penggambaran sejarah ini, adalah bukti betapa perempuan layak diberi amanah sebagai pemimpin dalam pemerintahan. Perempuan punya kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki kebanyakan pria, yaitu ketelitian dan ketelatenan serta kesabaran.
Tentu juga dapat dibedakan perempuan dalam kepemimpinan dari sisi sosial dan politik dengan perempuan dalam perspektif keagamaan. Meskipun juga kita tidak dalam posisi menerapkan sekularisme.
Oleh karenanya, perempuan juga dapat menjadi pemimpin dalam penyelenggaraan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan.
HT – DM Ekspektasi Rakyat Gowa
Hampir tiga dekade Kabupaten Gowa dipimpin oleh klan Yasin Limpo. Ini merupakan sejarah yang tidak bisa dimungkiri. Betapa tidak, Kabupaten Gowa yang potensial sumber daya manusia nya demikian banyak dari sisi jumlah dan juga kualitas mumpuni, sudah saatnya dapat memilih pemimpin yang tidak hanya punya warna dan irama yang sama dalam kurun waktu yang lama.
Rakyat Gowa kini mendambakan pemimpin yang memiliki kecerdasan cukup baik. Husnia Talenrang punya bakat memimpin yang sudah teruji. Sejak berkiprah memimpin Partai Amanat Nasional mengalami peningkatan raihan kursi yang signifikan.
Kini PAN punya kursi enam di DPRD Gowa juga terwakili di DPRD propinsi Sulawesi Selatan. Ini membuktikan kecakapan HT dan juga DM, kader partai Gerindra, memimpin partainya masing masing. Kedua pasangan calon pemimpin Gowa ini punya modal besar untuk menghantarkan Gowa Berua Lebih Maju. Yang terpenting sekarang yang seyogyanya dilakukan oleh HT – DM, pertama, lebih rajin turun ke bawah untuk menyosialisasikan visi, misi, program dan kebijakan kepada rakyat, agar rakyat mengetahui lebih banyak tentang apa yang akan dikerjakan. Pada saat yang sama, membangun dialog serta mendengarkan harapan harapan rakyat terhadap pemerintahan yang akan dipimpinnya.
Rakyat akan merasa senang dan memberi apresiasi cukup kepada calon pemimpin bila komunikasi mereka terjalin baik, kedua, HT – DM mengeinvetarisir apa permasalahan yang dihadapi rakyat untuk kemudian menetapkan skala prioritas pembangunan yang diprogramkan, ketiga, mendorong tumbuhnya investasi yang masuk di Kabupaten Gowa.
Dengan investasi tersebut akan membuka lapangan pekerjaan, keempat, hendaknya pula tercipta sinergitas hubungan dengan stakeholder untuk mendorong peningkatan pendapatan yang bermuara pada terciptanya kesejahteraan rakyat.
Pemerintahan di bawa pimpinan HT – DM sedapat mungkin lebih kolaboratif, inovatif dan inventif, sebagai kapital utama untuk membawa daerah ini lebih maju.
( Pemerhati Kepemerintahan dan Demokrasi )
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
