HARIAN.NEWS, JAKARTA – PPP untuk pertama kalinya tak lolos DPR setelah 11 kali periode pemilu selalu berkiprah di lembaga legislatif. Dalam pemilu legislatif 2024, PPP hanya memperoleh 3,87 persen suara dan tak lolos syarat ambang batas parlemen 4 persen.
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpandangan sejak awal PPP tak fokus mengawal Pileg.
“Di sisi lain, PPP juga harus membagi fokus dengan pemenangan Ganjar-Mahfud di Pilpres,” ujarnya, dikutip harian.news dari kumparan, Sabtu (23/3/2024).
Suara Mayoritas Tidak ke Ganjar-Mahfud
Baca Juga : Muktamar X PPP Berlangsung Panas
Adi juga menuturkan bisa saja keputusan PPP mendukung Ganjar-Mahfud tidak sesuai dengan mayoritas suara kader di daerah yang ingin mendukung Anies atau Prabowo.
“Keputusan politik elite PPP dalam pilpres tak sinkron dengan keinginan pemilihnya. Secara umum pemilih PPP lebih memilih Anies dan Prabowo, dan hanya sedikit saja yang memilih Ganjar itu hanya PPP yang berbasis di jateng. Di Luar jateng pemilih PPP banyak ke Anies dan Prabowo,” katanya.
Gagal Baca Pergeseran Pemilih
Lalu, menurut Adi, PPP juga gagal membaca pergeseran pemilih yang kini mayoritas dikuasai anak muda.
Baca Juga : PPP Diharap Jadi Mitra Kritis, Wali Kota Munafri Tekankan Kolaborasi dalam Dinamika Pemerintahan Kota
“Secara umum basis pemilih PPP adalah mereka yang berumur tua yang jumlahnya mengecil, sementara di 2024 ini potret pemilih muda mencapai 52 persen lebih. dalam konteks ini PPP tak cakap merespons dinamika zaman yang menuntut strategi dan pendekatan yang berbeda,” ucap dia.
Plt Gagal Memetakan
Tak hanya itu, Adi menuturkan tak lolosnya PPP ke DPR bisa jadi juga merupakan kegagalan Plt Ketum Mardiono. Sebab, menurut dia, Mardiono tak mampu untuk meng-orkestrasi potensi dan kekuatan PPP.
“Dalam pemilu posisi ketum sangat sentral memetakan dan melakukan langkah penyelamatan partai lolos ke parlemen. tak heran ketika PPP gagal lolos parlemen sorotan utama mengarah ke plt ketum PPP,” tandas dia.
Sibuk Kritik Jokowi
Baca Juga : Pagiku Happy!: Unggahan Marissa Haque Sehari sebelum Meninggal
Di samping itu, jajaran elite PPP juga dinilai terlalu sibuk mengkritik Jokowi, dibandingkan memenangkan pemilu.
“Tentu ini sangat berisiko karena PPP sedang struggle untuk lolos parlemen. Di permukaan, sejumlah elite PPP malah sibuk urusi dapur partai lain seperti mengkritik kenaikan suara PSI, termasuk sibuk mengkritik Jokowi tanpa henti,” kata Adi.
“Tentu ini langkah yang paradoks, mengkritik Jokowi dengan approval rating tinggi jadi blunder besar PPP. Mestinya PPP gunakan kacamata kuda fokus lolos pileg saja,” tambah dia.
Baca Juga : Optimistis Danny Bakal Pimpin Sulsel, AURA: Dukungan ke DiA Terus Mengalir
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
