“Ketika perempuan sudah mampu berfikir kritis, maka gurun pasir pun mampu ia ubah menjadi kebun yang indah”, kutipan ini sepertinya sangat sesuai dengan konsep pemikirian dan perilaku yang dimiliki Dr. Maria Ulviani, M.pd. Seorang dosen multi talent dari kampus ternama Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis: Gita Oktaviola
HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Dr. Maria Ulviani, M.Pd atau yang biasa disapa Ulva, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Baca Juga : Unismuh Makassar Masuk Radar Pemeringkatan Dunia THE WUR 2026
Sosoknya, sejak dulu sudah menjadi patron perempuan inspiratif dikalangan mahasiswa, organisasi perempuan dan perempuan lainnya di Makassar.
Siang itu, terik mentari seakan menyelimuti Kota Makassar. Udara panas memantul dari jalanan beraspal, membuat penulis memilih untuk tetap berteduh di salah satu cafe sambil menatap layar ponsel di ruangan ber-AC.
Selang beberapa menit, linimasa media sosial justru terasa sejuk oleh kabar bahagia yang berseliweran. Nama Maria Ulviani menjadi beken di media sosial dan group WA. Pencapaiannya sebagai Lektor Kepala membuat group WA banjir ucapan selamat.
Baca Juga : Unismuh Makassar Wisuda 1.566 Alumni, Lulusan Terbaik Kantongi 5 Jurnal Ilmiah
Di balik hiruk-pikuk ucapan selamat itu, Ulva justru menyampaikan pesan inspiratif bagi perempuan muda di Makassar dan seluruh dunia.
Melalui refleksi inspiratif berjudul “Perempuan Tidak Diciptakan untuk Menunggu Keajaiban. Ia Sendiri Adalah Keajaiban Itu”.
Ia menjelaskan bahwa perempuan sejatinya tidak perlu menunggu kesempatan datang, karena keajaiban sejati sudah ada dalam diri mereka sendiri.
Baca Juga : Bank Muamalat Gandeng Unismuh dan UMI Perkuat Sinergi Pendidikan Islam di Makassar
Menurut Ulva, paradigma bahwa perempuan harus menunggu pengakuan, kebahagiaan, atau seseorang yang datang membawa perubahan sudah saatnya ditinggalkan.
“Perempuan bukan sosok pasif dalam cerita hidupnya. Ia adalah subjek utama, bukan sekadar pelengkap,” ujarnya kepada harian.news, Sabtu (11/10/2025).
Dalam tulisan yang ia sampaikan melalui jaringan Lembaga Budaya Seni dan Olahraga (LBSO) Aisyiyah Sulawesi Selatan, Ulva menyoroti pentingnya kesadaran diri perempuan untuk memaknai potensi yang mereka miliki.
Baca Juga : Telkomsel dan Kisah Inspiratif Pelaku UMKM yang Kian Eksis di Era Digital
Ia menegaskan, sejarah telah mencatat banyak perempuan yang mampu melampaui batas zamannya.
“Dari Kartini hingga perempuan-perempuan masa kini yang memimpin lembaga, menggerakkan komunitas, dan menyalakan perubahan. Semua itu adalah bukti bahwa perempuan tidak menunggu dunia berubah. Mereka justru menjadi alasan dunia berubah,” tutur Ulfa.
Tak hanya itu, penulis buku Feminisme di Balik Lembar Sastra itu juga menyoroti fenomena sosial yang dihadapi perempuan muda di era digital.
Menurutnya, tekanan media sosial sering kali membuat perempuan kehilangan jati diri karena standar kesempurnaan palsu yang dibangun dunia maya.
“Kekuatan perempuan bukan diukur dari seberapa keras ia menahan tangis, tapi dari keberaniannya untuk tetap bangkit setelah terluka,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ulva menekankan bahwa menjadi perempuan sejati bukan berarti harus meniru siapa pun. Ia mendorong para perempuan untuk menemukan identitas diri di tengah hiruk-pikuk dunia modern.
“Kita tidak harus menjadi influencer atau publik figur untuk disebut sukses. Cukup menjadi diri sendiri dengan penuh keyakinan,” tambahnya.
Dalam refleksinya, ia juga menggambarkan bentuk-bentuk keajaiban perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Dari kesabaran seorang ibu mendidik anak, perjuangan mahasiswi yang menyelesaikan skripsi di tengah keterbatasan, hingga dedikasi seorang guru di pelosok negeri.
“Semuanya adalah manifestasi nyata dari keajaiban perempuan.”
Dr. Maria Ulviani mengajak para perempuan muda untuk menghargai setiap proses perjuangan. “Tidak apa-apa jika belum sampai di puncak. Setiap langkah kecil menuju mimpi juga berharga. Dunia mungkin tidak melihatnya, tapi Tuhan mencatat setiap upaya dan doa yang kita bisikkan,” ujarnya lembut.
Ia percaya bahwa kunci utama kekuatan perempuan ada pada keyakinan terhadap diri sendiri. “Perempuan yang sadar akan nilainya adalah sosok yang paling kuat. Ia tahu dirinya berharga bukan karena validasi orang lain, tetapi karena ia memahami tujuan Tuhan menciptakannya,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ulva juga mengingatkan bahwa beristirahat bukan berarti menyerah.
“Kadang, perempuan perlu berhenti sejenak untuk memeluk dirinya sendiri, mengisi hati dengan cinta dan harapan baru. Dari sanalah kekuatan sejati tumbuh,” katanya.
Sebagai anggota LBSO Aisyiyah Sulsel, Ulva juga menyerukan pentingnya solidaritas antarsesama perempuan. Ia menilai bahwa perempuan harus saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.
“Dunia sudah cukup keras tanpa kita saling meruntuhkan. Mari jadi cahaya bagi sesama perempuan,” pesannya.
Baginya, perempuan muda Indonesia memegang peranan penting dalam masa depan bangsa.
“Dalam diri mereka tersimpan potensi besar untuk menjadi pemimpin berintegritas, pendidik berjiwa lembut, dan peneliti yang tajam. Tidak ada batas bagi perempuan yang percaya akan kemampuannya,” tuturnya.
Pesan reflektifnya diakhiri dengan ajakan penuh semangat.
“Berhentilah menunggu keajaiban datang. Tatap cermin, karena keajaiban itu ada di sana. Di balik tekad, air mata, dan impianmu,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Menurutnya, perempuan adalah cahaya yang tidak akan pernah padam. “Ia tidak butuh validasi untuk bersinar, karena ia memang diciptakan untuk itu,” pungkasnya.
Lewat mantra inspiratif itu, Ulva berharap perempuan muda Indonesia dapat terus bangkit, berdiri tegak, dan menebarkan keberanian serta cinta.
“Jadilah keajaiban bagi dirimu sendiri, bagi keluargamu, dan bagi dunia,” tutupnya penuh inspirasi.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News