Oleh: dr. Wachyudi Muchsin SKed SH MKes C.Med
HARIAN.NEWS – Ada detak yang berbeda saat langkah kaki menjejak pelataran Masjid Nabawi.
Bukan sekadar rumah ibadah, ia adalah rumah cinta, tempat jiwa menemukan pelukannya, tempat raga beristirahat dari lelah dunia, dan tempat hati belajar makna rindu yang tak pernah selesai.
Baca Juga : Semangat Sumpah Pemuda di Era Validasi
Di balik keheningan dan kesejukan tiang-tiang putihnya, Nabawi adalah terapi—bukan hanya bagi tubuh, tapi bagi jiwa yang remuk, bagi akal yang penat, dan bagi hati yang kehilangan arah. Setiap napas di pelatarannya serasa mengalirkan oksigen kedamaian, menurunkan detak jantung dari gelisah menuju tenang.
Secara medis telah banyak membuktikan, suasana spiritual yang damai mampu meningkatkan kadar hormon seperti endorfin, serotonin, dan dopamin—tiga zat kimia kebahagiaan yang bekerja layaknya obat dari langit. Dan Nabawi, dengan segala kesucian dan kemuliaannya, adalah pemicunya.
Di sinilah tubuh seakan lebih ringan, walau jarak telah jauh ditempuh.Di sinilah langkah terasa kuat, walau usia tak lagi muda.
Karena rindu itu menyembuhkan.
Karena cinta kepada Nabi Muhammad SAW itu menguatkan.
Baca Juga : Dokter Koboi: Sayur Menu Utama MBG, Menuju Indonesia Sehat 2045
Dan karena dzikir, air mata, serta sujud yang dalam, adalah imunoterapi terbaik bagi ruhani yang rapuh.
Nabawi tidak pernah benar-benar bisa ditinggalkan.Siapa pun yang pernah singgah, pasti pulang membawa sejenis luka yang indah rindu yang tidak bisa dibungkam oleh jarak atau waktu.Rindu yang hanya bisa disembuhkan dengan kembali.
Dan mungkin itulah mengapa Allah SWT menjadikan Nabawi sebagai salah satu taman surga di dunia. Karena di sana, manusia kembali menjadi hamba yang paling jujur.Menangis tanpa gengsi, memohon tanpa batas, dan mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa syarat.
Baca Juga : Sahabat dan Ketulusan: Teknologi Jiwa yang Abadi
Ketika dunia terasa terlalu berat, datanglah ke Nabawi.Ketika diagnosis medis tak kunjung memberi jawaban, datanglah ke Nabawi. Karena tak hanya tubuh yang diobati, tetapi juga luka batin, patah harapan, dan mimpi yang tertinggal di sepanjang doa.
Dan jika belum bisa kembali secara fisik, biarkan hatimu sujud ke arah Nabawi.
Karena setiap rindu yang jujur,
setiap cinta yang lurus, dan setiap doa yang tulus akan sampai ke sana
Ya Allah…Izinkan kami kembali, bukan hanya sebagai tamu, tapi sebagai hamba yang engakau rindu.
Baca Juga : Setahun Taruna Ikrar Nakhodai BPOM: Menjulang, Membumi, Mengakar untuk Indonesia Emas 2045
Ke rumah cinta-Mu,
Masjid Nabawi—tempat rindu ini lahir, tumbuh, dan tak pernah mati.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
