HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin bersama Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, melaksanakan Salat Idulfitri di Lapangan Karebosi pada 1 Syawal 1446 Hijriah, Senin (31/3/2025).
Di tengah ribuan masyarakat yang memadati lapangan sejak dini hari, kehadiran para elite politik mencerminkan lebih dari sekadar kebersamaan dalam ibadah.
Sejumlah tokoh penting terlihat hadir, termasuk Wakil Wali Kota Makassar Aliyah Mustika Ilham, Ketua DPRD Kota Makassar Supratman, serta mantan Wali Kota Makassar periode 2014-2025, Moh. Ramdhan Pomanto, bersama istrinya, Indira Yusuf Ismail.
Baca Juga : Benahi Sikap Aparat, Munafri Minta Petugas Dishub Jadi Pelayan Publik, Bukan Preman Jalanan
Meski hujan sempat turun, ribuan jemaah tetap bertahan. Pelaksanaan salat dipimpin oleh imam asal Yaman, Syekh Abdul Aziz Alareqi, dengan Khotbah Idulfitri disampaikan oleh Ketua MUI Sulawesi Selatan, Prof. Dr. KH. Najamuddin H. Abd. Safa. Namun, di balik suasana religius, kehadiran figur-figur politik di barisan depan mencerminkan upaya mempertahankan pengaruh dan menguatkan citra di tengah masyarakat.
Seusai salat, Munafri Arifuddin menekankan pentingnya persatuan dan menghindari pengkotak-kotakan di Makassar.
Pernyataan ini sebagai sinyal politik terkait situasi pemerintahan saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan efisiensi anggaran, pengelolaan stadion, dan kebijakan publik yang menjadi sorotan.
Baca Juga : Wali Kota Makassar Ajak PT SMI Bangun Stadion dan Dorong Infrastruktur Strategis Kota
“Idulfitri adalah momen kegembiraan setelah kita menjalankan ibadah Ramadan. Yang paling penting adalah konsolidasi kita semua warga Makassar agar tidak ada lagi pengkotak-kotakan untuk membangun kota ini,” ujar Munafri.
Sementara itu, pengamanan dan fasilitas pendukung telah disiapkan oleh Pemkot Makassar. Satpol PP dikerahkan untuk menjaga ketertiban, Dinas PU memastikan kesiapan infrastruktur, PLN menjamin kelancaran listrik, serta Dishub mengatur lalu lintas dengan menerjunkan 150 personel. Upaya ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengelola acara besar, sekaligus menegaskan kontrol mereka terhadap dinamika kota.
Namun, di tengah euforia perayaan, pertanyaan besar tetap menggantung: Sejauh mana momentum Idulfitri ini benar-benar menjadi ajang silaturahmi murni dibandingkan sebagai panggung politik? Dengan mendekatnya tahun politik, kehadiran figur-figur kunci dalam momen ini patut diamati lebih lanjut dalam konteks pergeseran kekuatan di Makassar.
Baca Juga : Pemkot Makassar Bagikan Tunjangan Khusus untuk Guru dan Tenaga Kesehatan di Pulau
PENULIS: NURSINTA
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
