Suatu hari, di Hotel Sahid Jaya Makassar, Jalan Dr Sam Ratulangi, Saya tengah mengikuti kegiatan bersama sejumlah aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Organisasi Non Pemerintah (Ornop). Di tengah obrolan kami, Saya mendengar bahwa ada seorang penyiar radio, calon komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Selatan, periode 2007-2010, meminta surat dukungan dari kalangan LSM/Ornop. Lalu ada di antara mereka yang bertanya kepada saya, apakah saya tidak meminta dukungan dari teman-teman LSM/Ornop?
“Ah, tidak usah mi. Saya ikut proses seleksi yang lurus-lurus saja,” jawab Saya polos.
Rupanya, obrolan seputar seleksi calon komisioner berlanjut. Teman-teman memberikan support kepada Saya. Sari Bulan, dari Forum Infomasi Komunikasi (FIK) Ornop, menyampaikan bahwa dia masih ingat nomor fax sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, jika saya mau mencari dukungan. Karena dia yang mem-fax dukungan FIK Ornop kepada teman penyiar senior tersebut.
Baca Juga : Plt Kepala UPT SPF SD Negeri Borong Makassar RDP Dengan Orangtua Siswa
Saya timbang-timbang obrolan teman-teman itu. Benar juga, Saya perlu dukungan karena itu bagian dari tahapan proses seleksi, yang sudah diumumkan secara terbuka melalui media massa. Saya pikir, kalau teman-teman LSM/Ornop mau memberikan dukungan bagi seorang penyiar, yang selama ini jadi jejaring mereka, tentu mereka juga akan bersedia memberi dukungan bagi teman sesama aktivis.
Setelah itu, saya pun bergerilya mencari dukungan dari beberapa lembaga. Alhamdulillah cukup banyak LSM/Ornop, komunitas, kelompok, bahkan lembaga penyiaran yang memberikan dukungan ketika saya maju sebagai calon komisioner periode 2007-2010. Ini periode pertama saya di lembaga negara independen tersebut.
Saya maju sebagai calon komisioner, juga punya cerita sendiri. Ketika mendaftar, saya aktif di Lembaga Investigasi Studi Advokasi Media dan Anak (LISaN). LISaN ini lembaga yang saya dirikan, antara lain fokus pada media watch, literasi media, dan pemberdayaan anak dengan pendekatan partisipasi melalui kegiatan media dan seni. Selain itu, saya juga merupakan Humas Radio PLS (Pendidikan Luar Sekolah), milik Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (BP-PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Sulawesi Selatan, yang terletak di Jalan Adiyaksa No 2, Makassar.
Baca Juga : Ketua KPID Apresiasi Keputusan KPU Sulsel Selenggarakan Debat Cakada Tak Dibawa Keluar
Irwan Tando sebagai pengelola Radio PLS, mengajak saya, Michael Manumpil, Angga, dan Fordy Rottie. Kami merupakan tim yang menyeleksi penyiar dan menata Radio PLS, setelah studionya pindah dari depan gedung Taman Kanak-Kanak (TK) Ceria ke samping Kafe Baca. Namun, saat saya Humas Radio PLS, belum ada Kafe Baca.
Setelah penataan, Radio PLS akan mengajukan proses perizinan melalui KPID Sulawesi Selatan untuk mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang diterbitkan Kominfo RI. Saya diajak Irwan Tando menemani dia ke KPID Sulawesi Selatan yang, kala itu, masih berkantor di gedung A lantai 4 Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Makassar.
Di sana kami menemui Pak Aswar Hasan, Ketua KPID Sulawesi Selatan, periode pertama (2004-2007). Begitu pembicaraan urusan proses perizinan Radio PLS selesai, Pak Aswar mengajak saya bicara tentang KPID. Katanya, lembaga ini butuh orang yang juga memehami isu media dan anak, mengingat dampak siaran paling besar dirasakan oleh anak-anak sebagai khalayak khusus.
Baca Juga : Dianggap Rugikan Perempuan, KJPP Tolak RUU Penyiaran
“Apakah Pak Rusdin tidak tertarik menjadi komisioner KPID?” tanya Pak Aswar, dosen Universitas Hasanuddin (Unhas), yang juga seorang kolumnis itu.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News