Logo Harian.news

Peringati Bulan Bahasa, SD Inpres Cilallang Makassar Hadirkan Prof Kembong Daeng sebagai Pembicara

Editor : Rasdianah Rabu, 01 November 2023 19:34
Prof Kembong Daeng saat berfoto bersama tenaga pengajar di SD Inpres Cilallang, Makassar. Foto: dok
Prof Kembong Daeng saat berfoto bersama tenaga pengajar di SD Inpres Cilallang, Makassar. Foto: dok

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Dalam rangka Bulan Bahasa, yang diperingati setiap Oktober, SD Inpres Cilallang Kecamatan Rappocini, Kota Makassar tengah mengembangkan program inovasi PUSAKA, akronim dari pelestarian budaya, bahasa, keaksaraan, dan sastra daerah.

Guna pengembangan program ini, Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang, Hasniah mengundang Guru Besar Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Kembong Daeng, diundang memberikan wejangan di depan para guru dan orangtua siswa SD Inpres Cilallang,

“Kalau bicara tentang bahasa dan sastra Makassar, saya selalu bersemangat,” kata Prof Dr Kembong Daeng membuka sambutan, Selasa (31/10/2023)

Baca Juga : Plh. Rektor UNM Resmi Dijabat Prof. Farida Patittingi dari Universitas Hasanuddin

Penulis buku muatan lokal bahasa Makassar itu, sebelum melanjutkan pemaparannya, menyampaikan permohonan maaf.

“Maaf kalau ibu-ibu selalu direpotkan dengan tugas bahasa daerah. Karena itu bukan hanya bermanfaat bagi anak-anak, tapi juga akan memaksa ibu-ibu untuk belajar,” katanya.

Disampaikan, untuk orangtua yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya, akan menjadikan bahasa daerah, semacam nostalgia mengingat suasana di kampung.

Baca Juga : KPID-UNM Kolaborasi Wujudkan Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi

Dimaklumi, banyak orang yang bukan berlatar belakang suku Makassar, kalau pakai bahasa daerah, kadang dicampur. Itu bisa dipahami karena situasinya tidak formal.

“Dengan tetap berbahasa daerah, menandakan bahwa kita masih bangga dengan bahasa Makassar, bahasa Bugis, atau bahasa daerah yang kita gunakan,” terangnya.

Penulis buku “Pappilajarang Basa Mangkasarak” itu lalu bertanya kepada orangtua dan guru. “Apakah bahasa itu merupakan pusaka, merupakan sossorang?”

Baca Juga : Membaca Maria Ulviani dari Feminisme di Balik Lembar Sastra: Perempuan tak Melulu Korban!

Jawabannya, jelas: Ya. Selama ini, menurutnya, yang dianggap pusaka hanya tanah, tedong, atau harta bendawi. Namun, sesungguhnya bahasa dan sastra juga merupakan pusaka.

“Itu jadi tanggung jawab penuturnya untuk menggunakannya, untuk mempertahankannya. Jika kita orang Makassar, maka gunakan bahasa Makassar. Begitu pun dengan orang Bugis, orang Toraja, Mandar, dan suku lainnya.,” katanya.

Dia mengaku prihatin, karena makin hari makin terkikis bahasa daerah kita. Sebagai orangtua, memang harus bangga menggunakan bahasa.

Baca Juga : Mentan Amran Motivasi Wisudawan UNM Jadi Pemimpin Emas

“Namun, bagi anak-anak kita, sudah jarang menggunakan bahasa daerah. Kalau hilang bahasa, hilang aksara, maka jati diri kita juga akan hilang,” imbuhnya.

Karena itu, bahasa daerah harus digunakan di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Kalau kita punya program PUSAKA di sekolah maka perlu dibarengi dengan semangat yang sama dari orangtua. Dalam pelaksanaannya, kita mesti jadi teladan untuk program ini.

Prof Kembong Daeng juga menyarankan agar ada kesinambungan antara pembelajaran di sekolah dengan pola penggunaan bahasa dan budaya di rumah. Kalau di sekolah diberikan pembelajaran maka di rumah perlu juga tetap dipraktikkan.

Menurutnya, pembelajaran muatan lokal di suatu sekolah disesuaikan dengan historisnya. Kalau di SD Inpres Cilallang berada dalam wilayah berbahasa Makassar maka yang dipakai sebagai mutan lokal adalah bahasa Makassar.

“Kita bisa gunakan pembelajaran bahasa Makassar melalui cerita, kelong, atau pappasang yang sarat muatan moralnya,” tambahnya.

Kita perkuat karakter anak-anak melalui bahasa daerah, khususnya Makassar. Karena itu, yang perlu diajarkan adalah etika dan kesantunan berbahasa. Ditambahkan, kita bisa melihat karakter orang dari cara berbahasanya dan etika berkomunikasinya.

Prof Kembong Daeng menjelaskan, pembelajaran bahasa daerah ini merupakan cara kita mewujudkan rasa bangga dan cinta terhadap bahasa leluhur kita. Bila perlu nanti kita bikin kelas budaya agar langsung mempraktikkan budaya, bahasa, dan sastra daerah.

“Anak boleh cerdas dalam pengetahuan tapi dia juga mesti berkarakter sesuai nilai budaya kita,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang, Dra Hj Hasniah, mengatakan bahwa lewat program inovasi PUSAKA, dia mau memunculkan budaya kita di Sulawesi Selatan, bukan cuma budaya orang lain.

Dikatakan bahwa meski dirinya sebagai orang Makassar tapi tidak banyak yang dia pahami tentang budaya, bahasa, sastra dan aksara. Jadi program inovasi ini akan bermanfaat bagi semua. Bukan hanya bagi siswa tapi juga guru dan orangtua.

“Sekarang kita sudah mulai mengimplementasikan program ini. Sudah ada Surat Edaran pemakaian bahasa daerah Makassar di sekolah pada setiap hari Sabtu. Itu kebijakan di sekolah ini. Meski dimulai dari kata-kata yang sederhana,” jelas Hasniah.

Rusdin Tompo, yang hadir hari itu menambahkan, bahwa kedatangan Prof Kembong Daeng di SD Inpres Cilallang akan jadi penyemangat. Ada banyak pembelajaran, inspirasi dan hal-hal praktis yang dikemukakan.

Pada hari itu juga dibentuk Komunitas RESO, akronim dari Relawan Sekolah. RESO terdiri dari para orangtua siswa yang punya kepedulian untuk memajukan sekolah dan dunia pendidikan. Lewat Komunitas RESO orangtua akan berkolaborasi dalam pelaksanaan program inovasi PUSAKA.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected]

Follow Social Media Kami

KomentarAnda