HARIAN.NEWS – Merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-79 bukan sekadar bersuka ria mengisi dengan berbagai lomba, tapi juga disertai penjiwaan menghayati slogan NKRI harga mati.
Di samping itu, ada yang lebih mendasar, memerdekakan diri dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan kekuasaan.
Potret dan wajah bangsa ini sedang mengalami situasi ketidakberdayaan. Kemiskinan di desa, pengangguran tidak surut.
Baca Juga : Danny Pomanto Disambut Meriah Warga Tallo dan Ujung Tanah pada Pesta Rakyat HUT RI ke-79
Keangkaramurkaan para elit sedang mempertontonkan bagaimana kekuasaan harus direngkuh. Mengerikan, mencapai tujuan dilakukan dengan menghalalkan segala cara dianggap biasa. Susah dibedakan mana gerakan, mana berdemokrasi secara murni, dan mana yang bayaran. Kita seolah menyaksikan drama kekuatan jahat sedang unjuk gigi.
Perayaan 17 Agustus di IKN banyak menuai protes. Terbelalak membayangkan ironi di balik pemindahan Ibu kota. Semua mata tertuju ke sana. Sementara di berbagai daerah masih banyak ketimpangan ekonomi. Bahkan ambruk ke titik terendah. Menjadi budak ke negara lain tanpa kelengkapan administrasi memadai banyak dijalani sebagai pilihan hidup.
Penyebutan sebagai masyarakat yang jujur dalam berdemokrasi, beragam dalam budaya dan perekonomian yang meningkat hanya jargon? Terlebih jika dihadapkan dengan kehidupan sehari-hari. Apakah pemaknaan frase kemerdekaan sejak awal adalah sebuah alat kekuasaan?
Baca Juga : Makassar Tawarkan 3 Proyek ke JTA International Investment Holding Qatar
Benarkah situasi sekarang menginterprestasikan identitas bangsa yang toleran dan merdeka telah mewakili itu? Benarkah kita yang menginginkan? “Kita mencintai kepalsuan”. Karena kita yang menginginkan. Rambut palsu, kaki palsu, KTP palsu, ijasah palsu, mahkamah palsu, cinta palsu dan harapan palsu. Benarkah kita yang menginginkan?
Jika terjadi ekspresi-ekspresi negatif, bukan hanya mengkhianati sejarah tapi ini merupakan sebuah upaya pengrusakan bagi kesatuan, ke-IKA-an dan ketahanan bangsa. Ternyata kita belum cukup dewasa merdeka. Belum melekat satu dan yang lain. Mudah berserakan jika diterpa tiupan destruktif.
PENULIS: IGA K
Baca Juga : Rajut Kekompakan Antar Karyawan, GMTD Gelar Pertandingan Olahraga Bertajuk “Tanjung Bunga Cup”
Baca berita lainnya Harian.news di Google News