HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini dinilai masih standar. Untuk itu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas harga pangan.
Hal ini dibahas pada Seminar yang digelar Bank Indonesia (BI) Sulsel dalam “Sulsel Talk”. Digelar di Ruang Baruga Phinisi Lantai 4 Kantor Perwakilan BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Makassar, Selasa,21 Mei.
Ekonom sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Marsuki DEA menjelaskan jika ada beberapa hal kebijakan pengendalian inflasi. Diantaranya integrasi data neraca pangan antar daerah.
Baca Juga : Mentan Amran Serius Membahas Pangan Untuk Rakyat Palestina
“Inilah sebagai basis pengambilan keputusan. Lalu ada peningkatan kelancaran dan ketersediaan cadangan pasokan,” tuturnya.
Melalui ini kata Prof Marsuki, bisa dilihat untuk peningkatan pangan di daerah melalui pengawasan sistem dan jalur distribusi komoditas.
Selain itu ada juga peningkatan kerja sama antar daerah surplus dan defisit untuk pemenuhan pasokan. Serta ptimalisasi fiskal daerah untuk pengendalian inflasi.
Baca Juga : Netizen Dukung Mentan Amran Usai Pemberitaan Tempo, Pengamat: Publik Kini Lebih Cerdas
“Sangat penting juga penguatan melalui komunikasi dan koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah,” tuturnya.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengatakan dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan sektor industri pengolahan berada di bawah pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB).
Hal ini kata dia, mencerminkan bahwa daya dorong Industri Pengolahan masih terbatas. Ditambah hilirisasi menjadi potensi sumber pertumbuhan baru bagi industri pengolahan.
Baca Juga : Prabowo Apresiasi Capaian Swasembada Pangan Kementan: Saya Target 4 Tahun, Mereka Hasilkan Dalam 1 Tahun
Namun, upaya revitalisasi terhadap industri-industri eksisting yang memiliki potensi dikembangkan dan memiliki dampak multiplier positif yang besar juga perlu dilakukan.
“Khusus di Sulsel, 13 tahun terakhir pangsa sektor industri pengolahan relatif stagnan di kisaran 13 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel,” tuturnya.
Hal tersebut mencerminkan bahwa perkembangan sektor industri pengolahan masih terbatas. Meskipun menurun, tetapi pangsa sektor pertanian terhadap PDRB Sulawesi Selatan masih yang tertinggi.
Baca Juga : Kepala Bapanas Tancap Gas Bekerja Usai Sertijab
“Hilirisasi Industri yang berbasis sektor pertanian memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan untuk meningkatkan nilai tambah hulu-hilir sektor pertanian dan industri pengolahan,” papar Sunarsip.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
