HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Pengamat Komunikasi Politik Universitas Hasanuddin Hasrullah, menilai 60 persen pemilih Indonesia khususnya Sulawesi Selatan (Sulsel) masih berpikir pragmatis.
Hal tersebut diungkap Hasrullah saat menjadi pemateri di Talkshow Pemilu, di cafe Plazgozz, kota Makassar, Selasa (6/2/2024).
Menurutnya, banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan antara sumbangan dan money politik alias politik uang.
Baca Juga : Diresmikan 15 Juli, Program RISE di Bulorokeng akan Dihadiri 40 Peneliti Asing Dunia
“Dan itu biasanya didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau tidak tamat sekolah dasar (SD), dan mereka itulah yang masuk kelompok pemilih pragmatis,” ungkapnya.
Karena kondisi tersebut, maka tim dan peserta pemilu, ada yang menyumbang kebutuhan pokok, seperti beras, gula dan minyak goreng.
“Karena memang mereka mau belanja juga, sehingga jadi pragmatis. Itu juga terjadi karena pendidikan poitik dan demokrasi yang masik minim,” lanjutnya.
Baca Juga : Sukseskan Coklit, Danny Minta Masyarakat Pro-Aktif Cek Data
Lebih lanjut, Hasrullah menegaskan, pemilih yang pragmatis ini bisa mengakibatkan partisipasi jumlah pemilih menurun.
“Mereka menerima semua sumbangan dari caleg, tim capres dan lainnya, dan akhirnya saat masuk ke bilik suara, semua dicoblos,” ujarnya.
Sementara itu, Komisioner KPU Sulsel dari Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat, Hasruddin Husain mengatakan, untuk Pemilu 2024 ini, KPU Sulsel menargetkan partisipasi pemilih mencapai angka 80 persen.
Baca Juga : Libatkan 31 Negara, Danny Bakal Jamu Peserta Program Budaya ICP 2024 di Kapal Phinisi
Hasruddin juga optimistis bisa mencapai angka terebut, lantaran telah banyak cara sosialisasi yang dilakukan KPU untuk menggaet pemilih, khususnya pemula dan milenial yang jumlahnya banyak.
“Ya tentu kami sudah berkoordinasi dan punya pola pendekatan tersendiri pada pmilu, dan itu sudah terintegrasi juga dengan KPU pusat,” tutupnya.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News