HARIAN.NEWS, MAKASSAR — Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan, Ricky Satria, mengungkapkan bahwa kenaikan tarif listrik menjadi salah satu pemicu utama inflasi di Sulsel selama Maret dan April 2025.
Hal ini terjadi setelah berakhirnya program diskon tarif listrik dari PLN yang diberlakukan pada dua bulan pertama tahun ini.
“Diskon tarif listrik PLN hanya berlaku pada Januari dan Februari. Memasuki Maret, untuk pelanggan prabayar insentifnya sudah dilepas, sementara pelanggan pascabayar mulai merasakan dampaknya pada April,” ujar Ricky kepada wartawan usai kegiatan Sulsel Talk Triwulan II 2025 di Baruga Phinisi, Kantor Perwakilan BI Sulsel, Rabu (14/5).
Baca Juga : PLN Mobile Run 2025 Bakal Digelar, Usung Tema Energi Ramah Lingkungan
Menurut Ricky, setelah insentif dihentikan, tarif listrik mengalami peningkatan signifikan dari bulan sebelumnya dan langsung memberi kontribusi besar terhadap laju inflasi daerah.
“Tarif listrik ini menjadi salah satu penopang utama inflasi selama dua bulan terakhir. Ketika insentif dihilangkan, masyarakat langsung merasakan lonjakan biaya, terutama di sektor rumah tangga dan usaha kecil,” jelasnya.
Ricky menegaskan bahwa fenomena ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam menjaga kestabilan ekonomi daerah.
Baca Juga : PLN Kembali Hadirkan Diskon Tambah Daya 50%, Berlaku hingga 23 Mei 2025
Menurutnya, perubahan kebijakan tarif seperti ini perlu dikaji lebih lanjut dampaknya terhadap konsumsi rumah tangga dan tekanan inflasi.
“Kami di Bank Indonesia tentu mencermati dinamika ini karena efeknya cukup langsung terhadap daya beli masyarakat,” tambahnya.
Baca Juga : Sulsel Talk 2025: BI Sulsel Ungkap Langkah Strategis Hadapi Dampak Perang Dagang Global
Baca berita lainnya Harian.news di Google News