Opini
Oleh : Ridha Rasyid
(Pemerhati Kepemerintahan)
GOWA – Pemilihan kepala daerah serentak tinggal dua tahun lagi dari sekarang. Didahului pemilu presiden dan pemilu legislatif pada 2024. Meski bulan pelaksanaannya berselang hampir 9 bulan, tetapi diselenggarakan pada tahun yang sama.
Baca Juga : Makna Kunjungan Perdana Presiden Prabowo ke Sejumlah Negara
Sebagai pilkada serentak dan simultan, ini merupakan pemilu raya untuk pertama kalinya sejak keberadaan Indonesia lepas dari penjajahan tujuh puluh sembilan tahun yang lalu.
Menjadi menarik, oleh karena pemilu dan pilkada dengan acuan berbeda. Kalau pemilu presiden 2024 mengacu pada hasil pemilu 2019 untuk pengusungan calon presiden, sementara untuk pilkada berdasarkan hasil pemilu legislatif 2024.
Maknanya, bahwa pencalonan presiden tidak perlu menunggu hasil pemilu legislatif 2024. Pengusungan calon presiden dan wakil presiden didasari pada perolehan kursi dan suara secara akumulatif hasil pemilu 2019.
Baca Juga : Transaksional Dalam Demokrasi
Sementara ruang yang diberikan pada pemangku partai yang memperoleh suara atau kursi di dprd kota/Kabupaten dan propinsi yang memenuhi syarat jumlah kursi atau persentasi perolehan suara minimal 15% dari jumlah kursi atau suara yang tersedia.
Oleh karena rentang waktu hasil pemilu legislatif dan pilkada hanya sekitar sembilan bulan sehingga partai politik pengusung calon atau pasangan calon baru dapat menentukan setelah tahu hasil kursi yang diperolehnya. Berbeda pada pilkada sebelumnya, dua tahun sebelum pelaksanaan pilkada sudah dapat menentukan bakal calon yang dipersiapkan.
Tapi paling tidak, bisa mempersiapkan dan memantau calon potensial yang didasari survey dan sejumlah metode pemantauan terhadap bakal calon.
Baca Juga : Angka 2 Kita Bawa Sulsel Lebih Maju
Begitulah deskripsi pemilu raya, gabungan pemilu presiden, legislatif dan pilkada pada 2024.
Wujudkan Gowa Mapan
Alimuddin Tiro, salah satu bakal calon yang sangat intens membangun komunikasi dengan masyarakat, punya kans untuk maju sebagai calon kepala daerah. Bukan sekedar wacana, namun telah dia perhitungkan kemungkinan untuk itu. Selain di dukung oleh salah satu partai politik yang memperoleh kursi signifikan pada pemilu 2019 juga sudah “dilirik” oleh partai lain setelah mengetahui alur pikir yang akan dilakukannya jikalau rakyat memberi amanah selaku kepala daerah. Salah satu misi nya, ingin menjadikan Kabupaten Gowa MAPAN, Maju, Amanah, Partisipatif, Aman, Normatif.
Baca Juga : DM : Loyalitas, Dedikasi, Bungkam Ambisi
Makna yang terkandung dalam misi ini, pertama, bahwa Kabuapaten Goww harus lebih maju dalam berbagai sektor dalam lima tahun ke depan. Maju dapat diukur dari hasil yang diperoleh dan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Kedua, Amanah, berarti pemimpin memegang teguh kepercayaan yang diletakkan oleh rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang disandangkan di pundak pemimpin. Bahkan, Alimuddin Tiro berjanji sekiranya diberikan mandat oleh rakyat, akan menyerahkan gajinya selaku kepala daerah kepada rakyat yang membutuhkan.
Ketiga, Partisipatif bermakna bahwa rakyatlah yang berhak mengusulkan program dan kegiatan yang dibutuhkannya, sehingga tidak ada program pembangunan yang dilaksanakan tidak atas usul masyarakat. Karena masyarakat-lah yang menjadi objek dan subyek dari pembangunan itu. Baik melalui lembaga legislatif sebagai wakil rakyat maupun mendengarkan langsung keinginan serta kebutuhan rakyat merupakan skala prioritas model kepemimpinan partsipatif yang akan diterapkannya, Keempat, Aman punya pengertian yang luas, tidak hanya dalam arti gejolak sosial, kepasitian dan keadilan hukum adalah tolok ukur utama terciptanya rasa aman itu.
Oleh sebab itu, pembangunan yang berkeadilan merupakan fondasi dari terciptanya rasa aman tersebut, dan Kelima, Normatif mengandung arti bahwa kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan berlaku menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
Ketika kebijakan itu diambil atau diputuskan dengan bersandar pada peraturan yang ada, maka ia selalu berada dalam koridor yang benar.
Menghindari kemungkinan terjadinya penyinpangan adalah keniscayaan kepemimpinan yang selalu tegak lurus dengan bingkai yang membatasinya.
Ulasan yang lugas disampaikan oleh Alimuddin Tiro selain sebagai pamong senior yang sarat pengelaman birokrasi pemerintahan yang dimulainya dari yang terendah sebagai staf hingga menjadi Lurah, Sekretaris Camat, Camat, Kepala Bagian Asisten dan Kepala Satuan adalah deretan jabatan yang pernah disandangnya.
Tidak hanya itu, Alimuddin Tro yang multi talenta sangat konunikatif dan ramah serta santun kepada siapa saja. Maka, tak heran ketika dia memegang jabatan, dia disukai oleh bawahannya, akrab dengan teman sejawatnya dan rakyat merasa terayomi dengan keberadaannya dalam suatu jabatan. Jadi, tidaklah serta merta Alimuddin Tiro ingin berkompetisi dalam pilkada di Kabupaten Gowa, tapi ada nilai indah yang melingkupi niatnya itu.
Pengabdian yang ingin ditunjukkkannya kepada masyarakat adalah kesempatan untuk berbuat baik. Bahwa perbuatan baik itu dapat kita lakukan secara personal, namun jauh lebih bermakna jikalau dapat dilakukan lebih luas dan banyak lagi untuk rakyat.
Pengabdian itu bukan dilandasi oleh sebuah penghormatan dan segala protokol yang melingkupi jabatan itu. Baginya, itu tidaklah penting, dan bukan merupakan nilai dari suatu kehormatan. Bahwa pengabdian memerlukan ketulusan yang bukan tiba tiba karena jabatan yang ingin diraih, tapi ia terbentuk sebagai karakter diri.
Itulah yang senantiasa Alimuddin Tiro tunjukkan. Alimuddin Tiro berkomitmen membawa Gowa sebagai daerah yang MAPAN yang berujung pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Kabupaten Gowa.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
