“Kami ingin anak-anak Indonesia lebih siap menghadapi masa depan dengan memahami teknologi ini,” tambah Tommy.
Selain AICO, berbagai komunitas dan individu juga turut menyampaikan pemikiran mereka.
Reynaldi Francois dari pand-AI membahas pengembangan ekosistem AI, sementara Anjas Maradita mengusulkan platform E-Lapor Mas Wapres, aplikasi berbasis AI untuk meningkatkan layanan pengaduan masyarakat.
Baca Juga : AI Ready ASEAN – Hour of Code Hadir di PMI Makassar: Literasi AI untuk Relawan dan Pendamping Sosial
Di bidang edukasi, Rizaldi Sistiabudi dari AI Faculty Universitas Pelita Harapan (UPH) menekankan pentingnya pembelajaran AI di perguruan tinggi, sementara Rizky Fahmi dari Solusi Remaja AI menyoroti kebutuhan siswa SMA dalam memahami AI.
Pemanfaatan AI juga dibahas dalam berbagai aspek, termasuk geopolitik dan seni. Gusti Ayu mengkaji peran Behavioural Science dalam pengembangan AI, sedangkan Nikolaus Adrian Wicaksono memperkenalkan karya seni berbasis AI sebagai media ekspresi kreatif.
Dalam bidang identitas digital, Wafa Taftazani dari Tools of Humanity.com menjelaskan teknologi World AI Eye Scanner yang berbasis biometrik, sementara Brillian Fairiandi memamerkan karya foto dan video AI bertema Jakarta Bersalju.
Baca Juga : Ketika Wapres Gibran dan Mentan Amran Kompak Dorong Rice Transplanter di Ngawi
Wapres Gibran mengapresiasi berbagai gagasan tersebut dan menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, industri, dan komunitas untuk membangun ekosistem AI yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas dan membuka peluang ekonomi digital yang lebih luas,” tutupnya. ***
Baca berita lainnya Harian.news di Google News