HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Indonesia yang digelar serentak semakin ramai dengan ikutnya Putra Mahkota hingga istri Kepala Daerah.
Orang terdekat Kepala daerah yang maju, tentu mendapatkan beragam respon dari publik dan membentuk isu Politik Dinasti.
Penampakan seperti ini juga terjadi di Kota Makassar, setelah istri Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto memutuskan maju dalam Pemilihan Walikota (Pilwalkot) 27 November 2024 mendatang.
Baca Juga : Proyek Strategis di Era Danny, Bagaimana Nasib CCTV Lorong Wisata di Tangan Appi?
Kata Danny Pomanto, isu dinasti kian nyaring terdengar setelah Ketua PKK kota Makassar itu mengembalikan formulir pendaftaran di beberapa Partai Politik (Parpol) dan mengikuti uji kelayakan.
“Orang banyak tanya sama saya kenapa kasih maju ibu? Saya bilang ‘pertanyaanku juga itu waktu orang usul ibu. Kenapa suruh maju ibu? untuk apa? dan memang di mana-mana sebut begitu,” cerita Danny Pomanto.
Kader PDI-P itu menjelaskan, dinasti politik itu dapat dilihat jika berkembang kedekatan secara personal dan kekeluargaan menjadi rujukannya memberikan proyek, jabatan ataupun hak tanpa melihat kualitas. Namun, hingga kini orang-orang yang dekat dengan dirinya bahkan tidak menerima apapun.
Baca Juga : Pastikan Keberlanjutan PAUD Negeri Era Danny, Munafri Soroti Legalitas Lahan
“Nepotisme, KKN, dinasti ada tanda-tandanya. Saya kan mau 10 tahun. Adakah tanda-tanda saya bikin dinasti? Apakah tanda-tanda saya nepotisme. Tandanya begini. Istriku, anakku, saudara ku, iparku, urus pemerintahan, urus proyek, itu yang paling dominan kalau dalam politik,” jelas Danny.
Katanya, jika ingin membangun dinasti, tentu muda bagi dirinya sebagai Wali Kota Makassar dua periode. Ia tak perlu menunggu Indira Jusuf Ismail maju Pilwalkot Makassar. Namun itu, tidak sejalan dengan nuraninya.
“Tidak harus menunggu Indira jadi wali kota baru saya nepotisme. Saya kan wali kota,” terangnya.
Baca Juga : Munafri Rem Proyek Solar Panel, Fokus Pembangunan
Danny Pomanto Berhentikan Indira Jika Terbukti Dinasti Politik?
Tak tanggung-tanggung, mantan dosen Unhas itu akan berhentikan istrinya jika ada yang sodorkan bukti dirinya melakukan nepotisme ataupun politik dinasti.
“Buktikan mi satu, kalau ada satu, saya kasih berhenti itu Indira maju (Pilwalkot) Makassar,” tegas Danny.
Baca Juga : Danny Dukung Kepemimpinan Baru: Apresiasi Program Keberlanjutan
Sebelum ada yang membuktikan adanya nepotisme, selama 10 tahun Ia telah mengabdikan diri sebagai Wali Kota Makassar, bahkan Danny Pomanto melihat ada trauma dalam diri warga.
“Kita punya pengalaman sejarah. Dulu Makassar hancur, kita perbaiki. Setelah dua tahun, hancur lagi. Kita Perbaiki. Di situlah masyarakat agak trauma. Jadi sudah banyak yang dibuat,” terangnya.
Hal yang paling sederhana, Danny mencontohkan, Ia menggaji 1,2 Juta untuk RT/RW jika dihitung, sama dengan mengeluarkan Rp300 miliar lebih per tahun.
“Kalau orang berpikir dirinya sendiri dan Dinasti sama KKN, lebih baik dia kasih proyek. Dia dapat 10 persen. Rp30 miliar, begitu kan pemikiran standar. Saya bahkan berani termasuk dengan Laskar Pelangi, itu Rp510 miliar. Saya bukan pedagang jadi tidak bisa berpikir pedagang,” tegasnya.
Lantas Siapa Mendorong Indira Maju?
Danny Pomanto banyak bercerita, Ia bahkan tidak tahu persis kapan kemunculan nama Indira Jusuf Ismail pada pertarungan Pilwalkot Makassar.
“Kan warga biasa bilang pas ibu turun, lanjutkan kebaikan, kita ini anggap biasa saja karena ya ibukan bukan orang politik dan saya juga tidak mau pada waktu itu, khwatir juga soal Dinasti dan lain-lain itukan,” ceritanya.
Nama Indira menguat di publik, setelah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Makassar melalui Sekertaris Rachmat Taqwa Quraish (RTQ) menyatakan sikap mendukung.
Namun Danny Pomanto mengaku, menjadi orang pertama yang menolak Indira maju dalam kontestasi Pilkada, “Saya nda pernah minta. Saya yang tolak malah. Saya yang pertama kalau dia rapat-rapat begitu, saya kasih bubar rapatnya itu waktu,” ujar Danny.
Seiring berjalan waktu, dukungan yang muncul untuk Indira cukup banyak berdatangan, bahkan warga merasa bagian dari diri mereka ada dalam Calon Wali Kota Makassar itu.
“Trus masyarakat juga. Ada beberapa antusiasme. Begitu ibu maju, katanya alhamdulilah ada dari saya maju. Tunggu itu. Jadi ya kita jalan saja, Bismillah dan InsyaAllah.”
“Respon pertama ibu langsung nomor 2. Dari semua kandidat bahkan mengalahkan Cicu. Sekarang selisihnya sisa 6 persen dengan Appi karena Appi memang sudah bekerja terus. Coba lihat lebih banyak balihonya itu calon lain. Ini baru mau cetak. Survei SMRC yang paling baru.” tambahnya.
Meski begitu, dia mengaku didorongnya Indira maju Pilwali karena dirasa mengetahui permasalahan di Kota Makassar. Terlebih lagi, masyarakat menginginkan perbaikan di Kota Makassar.
“Kenapa mereka ingin ibu Indira karena dianggap Ibu Indira yang paling tahu, karena saya kan selalu keluh kesahku itu di rumah, ada begini ada begini. Dia paling tahu,” kata Danny.
Indira Maju Pilwalkot Keuntungan Danny Pomanto?
Diketahui Danny Pomanto menjadi salah satu calon dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub), dimana istrinya akan maju Pilwalkot Makassar.
Meski sama-sama maju di Pilkada Serentak 2024, namun tim Danny dan Indira berbeda. Sekretariatnya juga berbeda.
Danny bahkan mengaku tidak mau cawe-cawe, akan fokus di Pilgub Sulsel sementara Indira di Pilwalkot.
Menurut Danny, majunya dia dan Indira justru lebih baik ketimbang maju sendiri-sendiri. Selain karena faktor ongkos politik yang lebih murah juga karena ada basis pendukung.
“Justru karena ini maju, orang kan menguasai Makassar, bentengku Makassar. Ada ibu yang jaga di situ. Coba dibalik, ibu tidak maju, dua kali kerja saya. Coastnya tinggi, tidak ada yang pelihara ini,” katanya.
Selain itu, dengan majunya Indira Makassar yang menjadi benteng atau basis suaranya bisa lebih terjaga.
“aya mau tanya, kira-kira kalau ibu tidak maju, terjaga suaraku di Makassar? Nda mungkin. Saya dukung misalnya orang lain, kira-kira mau bekerja untuk saya, nda mungkinlah.” tandasnya.
Penulis: Nursinta
Baca berita lainnya Harian.news di Google News