HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Kegiatan Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya yang berkolaborasi bersama Rumah Budaya Rumata’ atau Rumata’ artspace dalam agenda South East Asian Screen (SEAScreen) Academy di Kota Makassar memutar film asia tiger stripes.
Aktris yang juga host pada pemutaran film asia tiger stripes Hannah Aidinal Al Rashid menjelaskan, film tersebut berasal dari Malaysia, memenangkan kategori film terbaik dalam perhelatan Cannes ‘Critics’ Week 2023, yang disutradarai oleh Amanda Nell Eu.
“Jadi film ini telah mengikuti berbagai festival perfilman. Tapi tidak ditayangkan secara luas di bioskop secara umum dan khusunya Indonesia dan malam ini, menjadi sejarah diputarkan pertama kali dan nonton bersama sebagai rangkaian acara SEAScreen di Indonesia,” ujarnya di CGV Panakkukang Square Rabu (22/5/2024) malam.
Baca Juga : Ketua TP PKK Makassar Nobar “Uang Panai 2” Bareng KNPI, Dukung Sineas Muda Lokal
Katanya, film yang dibantu oleh sineas asal Indonesia, yakni Yulia Evina Bhara. Tak mencoba untuk menyenangkan penonton, film mempunyai keunikan yang luar biasa. Idenya segar dan membuat kagum.
Sementara itu, Sutradarai film Tiger Stripes Amanda Nell Eu menceritakan, Tiger Stripes adalah film yang berkisah tentang seorang gadis berusia 11 tahun bernama Zaffan yang tidak dapat memahami apa yang terjadi dengan tubuhnya, saat masa puber
pertamanya.
“Film ini banyak mengangkat isu perempuan yang pertama menghadapi masa transisi saat mengalami menstruasi pertamanya,” jelasnya.
Baca Juga : Gala Premier Film Uang Panai 2, Danny Pomanto Undang Warga Makassar Nonton Bersama
Katanya, Tiger Stripes adalah film yang terinspirasi dari kisah masa remajanya sendiri. Dimana ketakutan akan mesntruasi muncul pada para gadis karena minimnya edukasi seks.
Akhirnya, film ini menjadi metafora dari gadis yang mengalami menstruasi. Ia dalam kisah Zaffan, berubah menjadi siluman harimau karena ia terlanjur termakan sugesti orang-orang disekitarnya bahwa ada yang salah pada dirinya hanya karena sedang melalui masa pubertas. Dimana dalam skenario ini tidak dianggap sebagai fenomena biologis namun sebagai sesuatu yang magis.
Tiger Stripes seperti versi gore dan eksplisit dengan mengadaptasi siluman harimau dari perwujudan gadis yang mengalami akil balik sesuai dengan legenda Melayu.
Baca Juga : Nobar Film Lafran Pane, JK: Pesannya Sangat Bagus untuk anak-anak Muda
“Perempuan di melayu saat mengalami masa menstruasi pertamanya alih alih memberikan edukasi seks, orang sekitar kadang dianggap sesuatu yang tidak suci. Bahkan disambung-sambungkan dengan folklore tentang setan dan siluman harimau seperti di Kalimatan, yang bisa merasuki gadis yang sedang menstruasi,” jelasnya.
“Lingkungan menghindari menjelaskan dengan baik, justru meracuni pemahaman para gadis yang bisa berakibat pada ketakutan dan penolakan atas diri sendiri,” tambahnya.
Sementara itu, untuk membuat film lebih segar dan natural sesuai kehidupan saat ini, Amanda Nell Eu ingin memperlihatkan gambaran lingkungan pelosok Malaysia yang konservatif. Namun di tengah lingkungan yang konservatif pun, remaja gadis tetap ‘lah remaja gadis. Mereka tak sabar menggunakan pakaian dalam yang seksi, menyukai stiker, mengekspresikan diri melalui joget TikTok, dan memiliki dorongan nafsu di kala puber.
Baca Juga : SEAScreen Academy Kembali Hadir, Rumata’ Artspace Fokus Suguhkan Sejarah dan Nilai Lokal
“Saya memadukan dengan kondisi dimana remaja yang saat ini suka dengan tiktok, mereka beberapa kali kerap joget lalu diposting,” ujarnya.
Sinopsis
Tiger Stripes berkisah tentang seorang gadis berusia 11 tahun bernama Zaffan yang tidak dapat memahami apa yang terjadi dengan tubuhnya, saat masa puber tiba.
Zaffan berjuang menghadapi masa puber, menemukan sebuah rahasia yang menakutkan tentang dirinya secara fisik. Usahanya yang gagal untuk menyembunyikan hal yang tak terelakkan itu membuat teman-temannya mencari tahu siapa dia sebenarnya, dan mereka menyerangnya.
Ketika Zaffan semakin terprovokasi oleh komunitasnya sendiri, ia segera mengetahui bahwa menerima dirinya yang sebenarnya adalah satu-satunya jawaban untuk kebebasannya.
Sehingga dengan perjuangannya yang panjang tersebut, serta bagaimana lingkungan sosialnya tidak menerima dirinya. Membuat Zaffan termotivasi untuk terus mengenal dirinya sendiri.
Diketahui, film ini dibintangi oleh pendatang baru Zafreen Zairizal, Deena Ezral, Khairul Azwan Rodzy dan Piqa, serta aktor-aktor kawakan Shaheizy Sam dan Fatimah Abu Bakar.
(NURSINTA)
Baca berita lainnya Harian.news di Google News